By Bernica Manurung.
(An Epic Woman Who Loves to Travel and Eat )
Sawasdeekaa……
Perjalanan saya kali ini dalam rangka mengikuti 1st Lanna International Choir Competition yang diselenggarakan oleh Interkultur di Chiang Mai, Thailand “ Land of Smiles “ dari tanggal 19-23 Oktober 2016 yang lalu. Saya seorang penyanyi Soprano dari Choir Group bernama Vox Glorify Choir. For further information about interkultur and Lanna International Choir Competition, you may read the link here :
Perjalanan saya kali ini dalam rangka mengikuti 1st Lanna International Choir Competition yang diselenggarakan oleh Interkultur di Chiang Mai, Thailand “ Land of Smiles “ dari tanggal 19-23 Oktober 2016 yang lalu. Saya seorang penyanyi Soprano dari Choir Group bernama Vox Glorify Choir. For further information about interkultur and Lanna International Choir Competition, you may read the link here :
http
://www.interkultur.com/events/2016/chiang-mai
Dikarenakan saat itu adalah saat-saat berkabung
bagi King Bhumibol Adulyadej, jadi beberapa acara ditiadakan demi menghormati
wafatnya Sang Raja. Dan semua participant diharuskan mengenakan
pakaian hitam-putih atau bernuansa gelap dengan pita hitam kecil yang
disematkan di lengan kiri.
Rakyat Thailand sangat mencintai Raja-nya, mungkin karena “ humble “ nya sang Raja. Saya cukup terharu ketika Bangkok Voice Choir menyanyikan lagu “ King of the Land “ pada acara opening dengan cuplikan video ketika king Bhumidol masih berkuasa.
Karena mayoritas agama di Thailand adalah
Buddhist, saya pikir tidak ada Christian disini, tetapi saya baru sadar kalau
event choir competition interkultur diadakan di Payap Christian University,
karena seluruh ruangan saya temukan banyak Bible Verse. Seperti Faculty of Law
Building dinamakan “ Puvinichchai “ yang berarti “ judges “ ( Kitab Hukum-Hukum
) dan didalamnya ada “ Leviticus Auditorium “.
Perjalanan dari Indonesia menuju Chiang Mai menempuh waktu kurang lebih 4 jam dengan pesawat. Kalau menggunanakan jalur darat bisa ditempuh dalam waktu 11 jam. Kebetulan dari beberapa kali perjalanan ke Bangkok, baru kali ini saya menjejakkan kaki di Chiang Mai, sebuah kota yang diberi gelar oleh UNESCO sebagai salah satu kota “ Warisan Dunia “. Chiang Mai merupakan sebuah kota terbesar kedua dan yang terbesar terletak di Thailand bagian Utara. Dulunya kota ini merupakan ibukota Kerajaan Lanna, mungkin kalau di Indonesia seperti Yogyakarta.
Entah bagaimana, saya selalu menetapkan Thailand sebagai destinasi favorit, mungkin dikarenakan culture negara ini unik dengan segala hal tradisinya. Sangat berbeda sekali dengan Singapore, ditambah kuliner khasnya yang sebagian besar adalah daging babi yang dibanderol 1 tusuk hanya 10 Baht dan tempat shopping palingggg muurrraahhh se-Asia kayaknya.
Perjalanan dari Indonesia menuju Chiang Mai menempuh waktu kurang lebih 4 jam dengan pesawat. Kalau menggunanakan jalur darat bisa ditempuh dalam waktu 11 jam. Kebetulan dari beberapa kali perjalanan ke Bangkok, baru kali ini saya menjejakkan kaki di Chiang Mai, sebuah kota yang diberi gelar oleh UNESCO sebagai salah satu kota “ Warisan Dunia “. Chiang Mai merupakan sebuah kota terbesar kedua dan yang terbesar terletak di Thailand bagian Utara. Dulunya kota ini merupakan ibukota Kerajaan Lanna, mungkin kalau di Indonesia seperti Yogyakarta.
Entah bagaimana, saya selalu menetapkan Thailand sebagai destinasi favorit, mungkin dikarenakan culture negara ini unik dengan segala hal tradisinya. Sangat berbeda sekali dengan Singapore, ditambah kuliner khasnya yang sebagian besar adalah daging babi yang dibanderol 1 tusuk hanya 10 Baht dan tempat shopping palingggg muurrraahhh se-Asia kayaknya.
Tidak berbeda dengan Bangkok, di Chiang Mai juga
banyak tempat shopping, tapi paling banyak adalah Ninght Market . Banyak
turis asing datang ke Chiang Mai, selain kotanya bersih (walaupun pemandangan
kabel-kabel listrik sangat tidak apik he..he..he), kota ini juga cukup sejuk
seperti Bandung. Namun, ketika saya ke sana ternyata cuaca sedang panas-panasnya
sampai saya malas keluar Guest House. Jam 3 sore saya dan teman-teman keluar
berjalan-jalan menuju Tha Pae Gate dimana menurut mitos “ siapapun yang
melewati gerbang ini maka dia akan kembali lagi ke tempat ini. “ Amin..asik…balik
lagi. Di depan
Tha Pae Gate ada taman yang dihuni oleh berpuluh-puluh burung merpati.
Setelah melewati Tha Pae Gate, saya menemukan Sunday Walking Night Market dan berbagai macam temple—mungkin ada sekitar 20 temple—tetapi saya tidak memasuki semua temple karena sepertinya jalanan night market ini tidak berujung, capek sodara-sodara…Seperti biasa, tepat pukul 6 sore (seingat saya) seperti adzan maghrib, tiba-tiba berkumandang Anthem Negara Thailand. Dan tiba-tiba juga setiap orang diam di tempat seperti patung selama kurang lebih 2 menit. Beberapa saat kemudian berkumandang lagu yang lain lagi dan lagi-lagi kita harus diam mematung di tempat. Oh ternyata kita sedang mengheningkan cipta untuk the late King Bhumibol…RIP.
Setelah melewati Tha Pae Gate, saya menemukan Sunday Walking Night Market dan berbagai macam temple—mungkin ada sekitar 20 temple—tetapi saya tidak memasuki semua temple karena sepertinya jalanan night market ini tidak berujung, capek sodara-sodara…Seperti biasa, tepat pukul 6 sore (seingat saya) seperti adzan maghrib, tiba-tiba berkumandang Anthem Negara Thailand. Dan tiba-tiba juga setiap orang diam di tempat seperti patung selama kurang lebih 2 menit. Beberapa saat kemudian berkumandang lagu yang lain lagi dan lagi-lagi kita harus diam mematung di tempat. Oh ternyata kita sedang mengheningkan cipta untuk the late King Bhumibol…RIP.
Buat para wanita, kalian akan kalap kalau
belanja disini, mmmuuurrraahhh. It’s Heaven, even para pria pun akan tergoda.
Beberapa barang tidak akan kalian temukan di Bangkok. Dan kalau haus dan lapar,
disekitarnya banyak banget di jual cemilan (haram) seperti Pad Thai, satai dan
kerupuk Babi dan minuman seperti Thai Tea, kalau di Jakarta yang lagi nge-trend
namanya Thai Tea Dum-Dum. Saya membeli beberapa baju khas “ Hmong “ yang
merupakan suku asli daerah pegunungan Thailand yang memiliki leher panjang.
Motif bajunya seperti kain Toraja dan ada juga seperti motif Ulos Batak.
Satu hal yang tidak akan pernah saya lewati adalah Thai Massage , you have to try this !! Setelah beberapa jam berkeliling temple dan menyusuri night market, kaki rasanya pegel luar biasa! Akhirnya kita naik Songthaew , semacam angkot berwarna merah dengan ongkos 15 Baht menuju Lai Thai Guest House. Dan setelah membujuk beberapa teman untuk mencoba Thai Massage “ Kotchasan “, akhirnya badan pun pulih 90 %...dijamin…kayak klinik Tong Fang aja…lol :-)
Oh ya, Thailand juga terkenal dengan ladyboy or Shemale . Negara ini adalah satu-satunya yang mengakui adanya gender ke-3 selain pria dan wanita. Ketika menyusuri jalan sepanjang Tha Phae Gate, saya melihat beberapa ladyboy dengan pakaian " kurang bahan " dan ada salah satu teman saya yang dicolek oleh mereka..hihihi..So Scary. Hati-hati buat para pria, karena wajah dan penampilan wanita disini terkadang " bohong " … wkwkwk…
Satu hal yang tidak akan pernah saya lewati adalah Thai Massage , you have to try this !! Setelah beberapa jam berkeliling temple dan menyusuri night market, kaki rasanya pegel luar biasa! Akhirnya kita naik Songthaew , semacam angkot berwarna merah dengan ongkos 15 Baht menuju Lai Thai Guest House. Dan setelah membujuk beberapa teman untuk mencoba Thai Massage “ Kotchasan “, akhirnya badan pun pulih 90 %...dijamin…kayak klinik Tong Fang aja…lol :-)
Oh ya, Thailand juga terkenal dengan ladyboy or Shemale . Negara ini adalah satu-satunya yang mengakui adanya gender ke-3 selain pria dan wanita. Ketika menyusuri jalan sepanjang Tha Phae Gate, saya melihat beberapa ladyboy dengan pakaian " kurang bahan " dan ada salah satu teman saya yang dicolek oleh mereka..hihihi..So Scary. Hati-hati buat para pria, karena wajah dan penampilan wanita disini terkadang " bohong " … wkwkwk…
Karena saya pergi satu group, rasanya fun and happy, ditambah dengan jokes menirukan bahasa Thai dan suara ngireung-nya “ lakmeyy, lakmeyy waa pedancaiii “, tapi ga tahu sih artinya apa…wkwkwk..lol. Sampai-sampai beberapa penjual bisa menebak kalau kami adalah turis. They said “ you are a tourist, you look so happy, always laugh. “ Trus baru sadar kalau disana masih suasana berkabung. Yah, mereka enggak tahu sih kalau “ hati yang gembira adalah obat “ ha..haha..ha..
Huahhh..jadi pengen balik lagi.
Keterangan foto :
1. Rombongan Vox Glorify Choir.
2. Selfie di depan kampus Payap Christian University
3. Opening ceremony 1st Lanna International
Choir Competition.
4. Di salah satu temple di Chiang Mai.
5. Bersama teman2 di Guest House.
6. Di Tha Phae Gate.
7. Taman Burung di Tha Phae Gate
8. Night Market
No comments:
Post a Comment