Wednesday, 19 October 2016

Jejak Dewa-Dewi di Bumi Vietnam


Sama seperti Indonesia, Vietnam pun punya banyak tempat wisata. Mulai dari gedung-gedung tua peninggalan sejarah hingga yang paling mahsyur, yaitu Halong Bay. Seperti apa eksotisme Vietnam ?

Prinsip traveling ala backpacker  adalah mengeluarkan biaya semurah mungkin untuk menjelajah sebanyak mungkin tempat. Itulah yang baru saja saya lakukan dalam perjalanan satu minggu ke kawasan Indochina , Vietnam. Hanya dengan sekitar Rp 4 juta, saya bisa menikmati keindahan dua kota besar di Vietnam, yaitu Hanoi dan Saigon atau yang sekarang disebut Ho Chi Minh City. Dari Hanoi ke Ho Chi Minh City, saya terbang dengan penerbangan domestik, Vietjet.

Kamis (7/4) malam, saya meninggalkan Jakarta dengan Tiger Air. Setelah 1 jam 4o menit, akhirnya saya tiba di Bandar Udara Internasional Changi, Singapura. Saya menghabiskan malam di bandara karena penerbangan selanjutnya akan dilakukan pagi hari. Inilah salah satu pengorbanan yang harus kita bayar kalau membeli ticket murah. Penerbangan yang seharusnya memakan waktu 3 jam menjadi 15 jam.

Anda tak usah khawatir karena harus melewati malam di bandara ini. Ada banyak fasilitas yang bisa Anda gunakan secara gratis. Tersedia air dingin untuk minum dan dispenser air panas jika Anda ingin menyeduh kopi. Bahkan ada mesin pijat kaki yang juga bisa Anda gunakan. Atau bisa pula melihat beberapa ekor ikan koi berenang-renang di kolam mini.

 Pagi harinya, dari Singapura, penerbangan saya lanjutkan ke Hanoi, Vietnam. Dari Bandar Udara Internasional Noi Bai, saya menumpang bis umum ke pusat kota Hanoi dengan ongkos 9000 Vnd atau sekitar Rp 6.750. Nilai tukar rupiah memang sedikit lebih tinggi daripada Vietnam Dong atau Vnd.

 Saya sudah mengambil penginapan murah di Old Quarter jauh-jauh hari melalui booking.com.  Disinilah tempatnya para wisatawan dari berbagai negara menginap. Selama 5 hari di Central Backpacker Hostel di Old Quarter, saya cukup membayar 30 dollar Amerika atau 675.000 Vnd dengan kurs $1 = 22.500 Vnd. Di hostel ini saya sudah mendapatkan sarapan pagi yang enak, bebas menggunakan internet atau wi-fi  dan bebas pula minum bir antara jam 7-8 malam. Murah bukan ? Oh ya, tak ada perbedaan waktu antara Vietnam dengan Waktu Indonesia Bagian Barat.


 Sabtu (9/4) pagi, dengan peta yang saya dapatkan di penginapan, saya mulai menjelajahi beberapa destinasi sesuai dengan itinerary yang sudah saya susun. Kecuali Halong bay atau Teluk Halong, semua destinasi saya jelajahi dengan berjalan kaki. Dengan berjalan kaki, saya bisa melihat secara langsung keadaan masyarakat Vietnam dan bangunan-bangunan di sepanjang jalan. Ada kalanya saya berhenti sejenak untuk ber-selfie.

Wisata di Tengah Kota.
Tempat-tempat wisata di Vietnam Utara bisa dikatakan berpusat di kota Hanoi. Hanya beberapa puluh menit saja dengan berjalan kaki, saya sudah menemukan danau Hoan Kiem yang terkenal itu. Danau di tengah kota ini menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Banyak juga warga Hanoi yang menghabiskan waktunya dengan duduk di bangku-bangku di sekeliling danau.

 Hoan Kiem, dalam bahasa Vietnam berarti pedang yang dikembalikan. Menurut legendanya, di danau inilah dahulu kala pedang Thuan Tien dikembalikan oleh Le Loi kepada Raja Naga atau Long Vuong.

Le Loi adalah Kaisar Vietnam yang berhasil membebaskan Vietnam dari kekuasaan China pada tahun 1428 dengan meminjam pedang Thuan Thien dari Raja Naga. Pedang itu kemudian dia kembalikan melalui seekor kura-kura raksasa yang muncul di danau itu. Itulah sebabnya di dalam kuil yang dihubungkan dengan jembatan merah itu, ada seekor kura-kura besar yang sudah diawetkan. Kura-kura itu ditaruh didalam boks kaca. Untuk masuk ke dalam kuil, saya harus merogoh kocek sebesar 30.000 Vnd.

 Tidak jauh dari situ, berdiri gereja Katedral St.Joseph. Bangunan ini adalah saksi sejarah kolonialisme Prancis atas Vietnam. Katedral bergaya arsitektur gothic-revival atau neo-gothic ini mulai dibangun pada tahun 1886 dan dibuat menyerupai Notre-Dame de Paris, Prancis. Inilah gereja tertua di Vietnam.

Saya melajutkan penjelajahan saya  ke Ho Chi Minh Mausoleum. Di sinilah mayat Ho Chi Minh atau yang dijuluki  Paman Ho, pemimpin besar Vietnam, diawetkan. Berhubung hari itu adalah hari Senin, saya dan wisatawan lainnya harus menunggu hingga jam 11 baru diperbolehkan masuk. Saya putuskan hanya untuk ber-selfie dengan latar belakang Ho Chi Minh Mausoleum, lalu pergi ke Lenin Park.

Ho chi Minh memang sangat dihormati oleh rakyat Vietnam. Dialah yang membacakan deklarasi kemerdekaan Vietnam pada 2 September 1945 dan menjadi Ketua Partai Komunis Vietnam dari tahun 1951 hingga kematiannya pada tahun 1969. Karena jasa-jasanya itulah, Saigon berganti nama menjadi Ho Chi Minh City.

 Bangunan makam Ho Chi Minh terinspirasi dari makam Lenin, Pemimpin Komunis Rusia yang ada di kota Moskow itu. Maklum, kedua negara ini sama-sama berpaham komunis. Itulah sebabnya, tidak jauh dari makam Paman Ho, kita menemukan Lenin Park.

 Untuk menyusuri sejarah pendidikan bangsa Vietnam, datanglah ke Temple of Literature. Ini adalah objek wisata yang tak boleh dilewatkan, sering disebut juga Temple of Confucius. Kuil ini memang didedikasikan kepada Confucius, filsuf terkenal dari China. Inilah universitas nasional pertama Vietnam yang dibangun pada tahun 1070. Disinilah dahulu para birokrat, kaum bangsawan dan anggota kerajaan Vietnam dididik.

Semula saya mengira bahwa Temple of Literature ini sebuah universitas besar seperti yang kita lihat di Indonesia atau negara-negara Barat pada umumnya. Ternyata saya keliru. Bangunannya tidak terlalu besar. Bentuknya seperti kuil-kuil pada umumnya. Untuk menikmati Temple of Literature ini, saya juga harus merogoh kocek sebesar 30.000 Vnd.

Berburu Pho.
Belum lengkap rasanya jika tidak mencicipi kuliner khas Vietnam. Apa kuliner khas Vietnam ? Pho (baca : feu). Sejenis mie yang terbuat dari tepung beras. Pho disajikan dengan kuah kaldu dan irisan daging serta sayuran diatasnya. Perpaduan yang umum kita temui dalam semangkuk pho, selalu dalam porsi jumbo : daun selada, kol, tauge, daun mint dan perasan jeruk lemon.

Pada hari pertama di Hanoi, saya berkenalan dengan sepasang traveler dari Polandia. Kami pun sepakat untuk berburu pho sebagai menu makan malam kami. Memang ada banyak penjual mie di Old Quarter. Tetapi di mana pho yang enak ? Ternyata tidak sulit menemukannya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di mana ada banyak orang makan, di situlah makanan yang enak dijual. Itulah yang kami jadikan patokan. Ternyata lokasinya sangat dekat dengan tempat kami menginap. Dan malam itu kami menikmati pho dengan sangat lahap dengan hanya 90.000 Vnd untuk 3 porsi.

Di kota Ho Chi Minh, dari informasi yang saya dapatkan, pho yang lezat ada di restoran Pho 2000. Restoran ini menjadi terkenal namanya karena pernah disinggahi oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton. Jika beruntung kita bisa memesan pho dan duduk di meja tempat Clinton makan waktu itu. 


 Restoran ini terletak tidak jauh dari Benh Thanh market, tempat shopping yang terkenal itu. Karena harga-harganya yang “ miring “, orang sering kalap saat berbelanja di pasar serba ada ini. Di sinilah saya bertemu dengan teman satu komunitas back packer dari Jakarta.

 Jejak-Jejak Renesains.
Di kota Ho Chi Minh memang ada banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Namun, hanya sehari saya berada di kota ini. Sesuai dengan rencana perjalanan yang sudah saya susun, tempat yang menjadi tujuan utama saya adalah Basilika Notre Dame Saigon. Resminya bernama Basilika Bunda Konsepsi Imakulata. Ini adallah sebuah katedral yang dibangun oleh kolonial Prancis antara 1863 – 1880. Gereja ini memiliki 2 menara lonceng dengan ketinggian 58 meter.
Menurut sejarahnya, setelah Prancis menaklukkan Cochinchina dan Saigon, Gereja Katolik Roma mendirikan sebuah komunitas dan pelayanan keagamaan. Pada mulanya, sebuah pagoda diubah oleh Uskup Lefevre menjadi sebuah gereja.

Untuk mendorong pertumbuhan rohani umat Katolik di Vietnam, Paus Yohanes XXIII lalu mendirikan sebuah keuskupan pada tahun 1960 dan melantik Uskup Agung Hue untuk Hanoi dan Saigon. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1962, Paus memberikan status basilika dan menamakannya Basilika Katedral Notre Dame Saigon.


 Bersebelahan dengan katedral ini adalah Buu Dien yang berarti Kantor Pos. Ini juga salah satu peninggalan Prancis. Arsitekturnya merupakan perpaduan dari arsitektur Eropa dan Asia. Kantor pos ini dibuka pada November 1860. Perangko pertama bergambar burung bangau diluncurkan pada 13 Januari 1863.

Di bagian depan, tepatnya diatas pintu masuk, terdapat jam dinding. Kemegahan bangunan ini terlihat dari bentuk langit-langitnya yang melengkung tinggi dengan paduan warna krem dan hijau. Di bagian ujung atau tempat pelayanan utama, orang akan dengan mudah melihat gambar Paman Ho yang cukup besar dan mencolok.

Kata orang, Saigon Central Office ini adalah salah satu contoh terbaik dari gaya arsitektur renaisans di Vietnam. Yang mendesainnya adalah Gustave Eiffel, orang yang sama yang telah mendesain Menara Eiffel di kota Paris sana. 

Eksotisme Halong Bay.
Jangan tinggalkan Hanoi sebelum menjelajah Halong Bay! Kalimat ini sering diucapkan para wisatawan. Halong Bay adalah primadona wisata di Vietnam. Hampir semua hotel atau biro-biro perjalanan menawarkan wisata ke Halong Bay. Sejak awal, saya memang sudah memasukkan Halong Bay sebagai salah satu destinasi wisataku. Di penginapan, saya mendaftarkan diri untuk mengambil one day trip dengan membayar $ 34. Itu sudah termasuk biaya makan siang diatas boat dan antar-jemput dari dan ke tempat penginapan. Lamanya perjalanan dari Hanoi ke Halong Bay sekitar 4 jam.

Jam 8 pagi, sesuai dengan perjanjian, saya dijemput dengan mini bus. Bus yang sama kemudian menjemput peserta lainnya dari hotel yang satu ke hotel yang lain. Ada turis dari Asia, Amerika dan Eropa. Dalam perjalanan dari hotel ke Halong Bay, pemandu wisata bercerita tentang Halong Bay dan legenda dibaliknya. Ia bercerita dalam bahasa Inggris tentunya.

Halong Bay memang tempat yang eksotis. Oleh Unesco, Halong Bay dimasukkan sebagai situs warisan dunia pada tahun 1994. Masuk dalam 1 dari 7 keajaiban dunia pada tahun 2013 lalu.

Halong Bay adalah sebuah teluk seluas lebih kurang 1.500 km persegi dengan garis pantai sepanjang 120 km. Teluk ini berada di dalam teluk Ton Kin, dekat perbatasan dengan Republik Rakyat Cina. Terletak di Provinsi Quang Ninh, Vietnam Utara, sekitar 170 km dari kota Hanoi.

Ada kisah menarik dibalik tempat yang indah ini. Konon, ketika baru berdiri, Vietnam harus menghadapi musuh-musuhnya dari Utara yang menyerang melalui lautan. 



Untuk melindungi Vietnam, kaisar Giok dari “ langit “ mengirim Ibu Naga dan anaknya ke bumi untuk membantu Vietnam. Ibu Naga dan anaknya membakar kapal-kapal musuh dan mengeluarkan batu-batu zamrud besar sebagai tembok pertahanan. Kapal-kapal musuh tenggelam.

 Ibu Naga dan anaknya ternyata tidak kembali ke “ langit “, tetapi tinggal di dunia ini sebagai manusia dan membantu penduduk untuk bercocok tanam dan berternak. Untuk mengenang jasa Ibu Naga dan anaknya, penduduk yang hidup di sekitar teluk itu menamakan teluk itu Halong. Sedangkan teluk di mana anak Naga turun disebut Bai Tu Long yang berarti terimaksih kepada anak naga.

Beribu-ribu tahun setelah peristiwa itu, batu-batu zamrud berubah menjadi pulau-pulau dengan berbagai ukuran dan bentuk. Diperkirakan di Halong Bay itu terdapat 1.969 pulau batu kapur yang menjulang dari laut.
Saya dan teman-teman yang mengikuti trip ini berkali-kali berdecak kagum. Terpesona akan keindahan dan keajaiban alamnya. [ Sahala Napitupulu ]

Agar Traveling Anda Menyenangkan :
Lakukan persiapan dari jauh-jauh hari sebelum Anda terbang ke tempat wisata. Manfaatkan internet untuk menyiapkan diri Anda. Berikut ada beberapa hal penting yang harus Anda persiapkan.

Tiket pesawat. Booking lah tiket pesawat dari jauh-jauh hari. Salah satu cara yang bisa Anda gunakan adalah mendapatkan tiket murah atau tiket promo dari berbagai maskapai penerbangan.

Pelajari Tempat. Pelajari tempat yang menjadi tujuan wisata Anda. Anda harus tahu tempat-tempat wisata apa saja di kota atau di negara itu dan jaraknya dari pusat kota atau fasilitas umum, jenis-jenis sarana transportasi, budaya masyarakat dan iklim.

Mencari Penginapan. Di mana Anda akan menginap ? Di hotel ? Atau di hostel ? Jika Anda adalah seorang backpacker, carilah hostel yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat wisata. Dengan begitu, Anda hanya perlu berjalan kaki dari tempat penginapan ke tempat wisata. [ Sahala Napitupulu ]

*Dipublikasikan oleh tabloid Genie,
Edisi 34,Tahun ke XII, 28 April-4 Mei 2016.

No comments:

Post a Comment