Belakangan ini, ada
banyak komunitas traveling yang tumbuh di Indonesia. Ada komunitas khusus untuk
traveling dalam negeri, ada yang khusus untuk ke luar negeri dan ada pula
campuran dari keduanya. Go Traveling Go Community adalah komunitas untuk jenis
traveling ke luar negeri.
Go Traveling Go
Community berdiri 8 bulan lalu, tepatnya pada 18 Maret 2015. Lahir di dunia
maya setelah Sahala Napitupulu mengunggah tulisan-tulisannya melalui akun
facebook-nya dalam closed group Go Traveling Go Community.
Ia terus mengajak
para pengguna facebook untuk bergabung dengan komunitasnya. Sebagian pengguna
justru meinta untuk ikut bergabung.
Lambat tapi pasti, jumlah anggotanya
bertambah. Semula hanya beberapa puluh orang saja. Sekarang sudah ratusan
orang, walaupun banyak yang menjadi anggota pasif.
Ia kemudian meminta
salah seorang anggota untuk membantunya “ mengawal “ perjalanan komunitas ini
karena banyak hacker dan spamer yang mencoba mengganggu
“ Untuk kelancaran
lalu lintas posting-an. Seleksi keanggotaan dan menjaga supaya tidak ada
posting-an sampah, komunitas ini dilayani oleh 2 orang administrator, yaitu
saya sendiri dan ibu Yenny Indra, “ katanya.
“ Jadi tujuannya
bukan untuk pamer bahwa kita pernah traveling ke luar negeri, tetapi sebagai
kampus kehidupan untuk kita saling belajar, “ tambahnya. Itulah yang selalu ia
tekankan kepada anggota komunitasnya.
Kopi Darat Pertama.
Setelah berjalan 8
bulan, para anggota tidak puas karena mereka hanya berkomunikasi melalui dunia
maya. Akhirnya muncullah ide dari beberapa anggota untuk menggelar “ kopi darat
“, sebuah pertemuan untuk memindahkan pertemanan dari dunia maya ke dunia
nyata. Gagasan inipun disambut dengan antusias.
Selaku inisiator
dan administrator komunitas ini, Sahala merancang sedemikian rupa agar kopi
darat perdana ini terwujud. “ Sifat pertemuannya memang kopi darat supaya
sesama anggota komunitas saling kenal. Tetapi mesti ada sesuatu yang mereka
bisa dapat sekalipun itu harus bayar, “ kata penulis buku traveling Tuhan Dalam
Secangkir Kopi ini.
Kebetulan Marciana
Setijawati Iwien, salah seorang anggota komunitasnya, punya sebuah restoran di
Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Namanya Look@Mie. Jadilah acara kopi darat itu
digelar disitu pada Minggu (1/11) sore lalu.
“ Saya sama pak
Sahala, boleh dibilang sebagai panitia kecil yang melayani kedatangan kawan-kawan
dan mempersiapkan jamuannya. Tentu jamuan makan ringan saja yang bisa kami
persiapkan karena biaya peserta dipungut hanya Rp 50.000,- per orang, “ kata
Marciana.
Dalam acara itu,
Sahala meminta Yenny Indra dan Iwan Lee untuk berbagi cerita tentang pengalaman
mereka ketika mengunjungi beberapa negara di Eropa. “ Kebetulan mereka baru
saja pulang traveling dari beberapa negara di Eropa, “ ujarnya.
Acara itu dihadiri
20 orang pecinta traveling. Mereka bahagia akrena akhirnya bisa benar-benar
bertemu. Juga termotivasi setelah mendapat pengetahuan dan seni traveling dari
para anggota yang berbagi pengalaman. Iwan Lee, misalnya, berbicara tentang
pengalaman melakukan traveling melalui jalur pelayaran. Sedangkan Yenny Indra
berbicara tentang tempat-tempat yang dia anggap unik dan eksotik di berbagai
belahan dunia ini.
“ tempat-tempat
yang patut dikunjungi bagi para traveler, “ katanya sambil memperlihatkan
beberapa foto travelingnya bersama Indra, suaminya.
Acara ditutup
dengan berfoto bersama. Anggota komunitas yang datang tidak hanya berasal dari
Jakarta, tetapi juga dari luar daerah. Yenny dan suaminya datang dari Surabaya
untuk berbagi pengalaman traveling mereka. [ GENIE ]
Yenny Indra :
Sudah Menjelajah
Lebih Dari 50 Negara.
Yenny tidak asing
dengan dunai traveling. Ibu dari 4 anak ini sudah menjelajah hampir 60 negara
di dunia ini. Biasanya ia melakukan traveling bersama keluarganya.
“ Sejak kecil, saya
sudah suka mengumpulkan gambar-gambar pemandangan cantik dari luar negeri. Itu
cita-cita saya agar kelak bisa mengunjungi tempat-tempat indah di belahan dunia
ini, “ kata perempuan yang berprofesi sebagai pengusaha ini.
Dari puluhan negara
yang sudah ia jelajahi itu, Alaska dan Swiss adalah yang paling mengesankan
baginya. “ Alaska. Pemandangannya tidak saja indah, tetapi kita serasa di dunia
lain karena sepi banget. Di sana, kami sempat melihat beruang menyeberang jalan
umum, “ ceritanya.
Mereka mengambil
rute dari dari Vancouver ke Anchorage dan selanjutnya dengan jasa landtour mereka pergi ke Alaska. “ itu
rute yang tidak biasa memang, sehingga kami harus mengeluarkan extra cost
flight. Namun, pengalaman yang kami dapatkan juga luarbiasa, “ ungkapnya.
Bagaimana dengan
Swiss ? Menurutnya, Swiss tidak hanya unggul dalam system transportasinya,
tetapi juga punya pemandangan alam yang indah. Ada banyak gunung cantik. Salah
satunya Mount Blanc. “ Namun, Vevey mengesankanku. Sebuah kota kecil yang unik
dengan lukisan JR Mural di tembok ujung jalannya dan ada patung Charlie
Chaplin, “ katanya.
Sebelum melakukan
traveling ia menyiapkan diri dengan cermat. Sebelum berangkat, ia terlebih
dahulu mempelajari bagaimana transportasi di negara tersebut, rute-rutenya, dan
jam-jamnya lewat google maps. Ia juga
sudah memperhitungkan lamanya ia akan berada di suatu kota.
“ karena saya
banyak menggunakan transportasi umum, saya harus memastikan hotel tempat
menginap berada di tempat strategis, dimana tempat-tempat yang akan saya
kunjungi berada di sekeliling hotel. Memang sedikit lebih mahal, tetapi
menghemat waktu, “ jelasnya. Ia memesan hotel melalui situs booking.com.
Dari traveling itu,
ia belajar banyak hal. Salah satunya adalah bagaimana ia harus menerima
perbedaan tanpa menghakimi. “ Setiap negara itu, kan, punya nilai-nilai atau
kepercayaan. Saya menghargai perbedaan-perbedaan itu, memahaminya dan belajar
budaya orang lain membuat kita lebih kaya, “ ungkap penulis buku Smart Marriage
dan Smart Beliefs ini. [ GENIE ]
* Dipublikasikan oleh tabloid Genie, Edisi 10, Thn.XII, 12-18 November 2015.
No comments:
Post a Comment