Monday, 31 October 2016

Negeri Swiss

From Heiden to Walzenhausen


Banyak yang ingin kulihat, tetapi betapa terbatasnya waktu. Kadangkala tak sempat kumencari tahu apa saja keistimewaan tempat yang telah kukunjungi. Dan sebagai gantinya, kadangkala aku mengambil waktu mengenangnya melalui sebuah puisi sebagai ganti catatan perjalananku. Dan inilah yang kutulisan setelah aku melihat desa Walzenhausen :

" Aku berdiri disini menyapamu ketika kabut pagi berlalu. Aku mendengar siapa dirimu lewat bisikan angin. Engkau perpaduan unik antara hasrat sungai Rhein dan keperkasaan gunung Alpen. Aromamu segar meneduhkan pikiranku. "

Menjelang makan siang. Aku berhenti di sebuah jalan mendaki. Disinilah sejenak tubuhku berteduh, dalam pesona kumenatap desa-desa indah, saat perjalanan dari Heiden ke Walzenhausen,Swiss. Ya,  Alangkah indahnya negeri ini. Alangkah makmurnya negeri ini. Alangkah asrinya desa ini. Kata orang, kalau ekonomi suatu bangsa makmur, maka semua hal mudah dibenahi. Indonesia, sebuah negeri yang disebut makmur, hanya sebutan saja, tetapi penduduknya miskin teramat sangat hampir dalam segala hal. Bagaimana Indonesia bisa makmur ? Aku bertanya dalam hati. Sebab, mataku melihat  warganya saja mau beribadah dan berdoa kepada Tuhan dilarang, gerejanya ditutup, dirusak, diteror, diancam dan orang pemerintahnya ikut bermain didalamnya ! Ya, Tuhan, berapa lama lagi Indonesia keluar dari kemiskinan dan kebodohan ini ?!


* My traveling my memory.

No comments:

Post a Comment