seorang anak bernama Alexander ini memaknai traveling juga sebagai sarana untuk pembelajaran. “ Dengan traveling kita mengetahui budaya dari negara-negara lain sambil kita menambah wawasan, “ katanya dalam sebuah wawancara kami. Saat ditanya kapan ia mulai menyukai dunia traveling, istri dari Indra Dahlan ini menyebutkan sesudah ia memilih resign dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta thn.2011 lalu. Tentu ia punya alasan.
“ Alasan resign saya ingin suasana yang baru. Kalo jadi PNS kan saya berada di comfort zone. Saya ingin keluar dari zona itu dan berkarya dibidang kuliner. Saya punya impian ingin memiliki resto sendiri. Saya ingin membantu mereka yg pengangguran agar bisa bekerja di resto saya. Selain itu, saya bisa atur waktu sendiri, kapan saja mau traveling tanpa terganggu lagi dengan pekerjaan rutin di kantor, “ ujarnya melalui percakapan telepon.
Setelah tidak lagi bekerja sebagai pegawai negeri, Iwien memang segera mengejar impiannya. Ia membuka resto Bakmie di Jakarta. Kerja kerasnya tidak percuma. Bisnis kulinernya berkembang. Kini ia telah memiliki 4 cabang resto kulinernya di Jakarta dengan nama bendera Look at Mie. Penulis juga sudah menikmati sajian Bakmi dari salah satu cabangnya di Bekasi dan rasanya memang nikmat.
“ Resto ini selalu rame dikunjungi orang karena sajian Bekicotnya yg yummi. Rasanya lembut di lidah dengan aroma mayonaise dan ada rasa rempahnya yg khas. Enak banget. Saya sampai habis 3 porsi. Selain itu, ada masakan ikan Salmon yang disiram dengan mayonaise, ditemani kentang rebus, sayuran wortel dan buncis, juga nikmat sekali rasanya, “ jelasnya dengan bersemangat.
Tetapi waktu di Italia, ia mengaku lebih suka red wine-nya. Sementara waktu traveling di Luzern, Swiss, ia lebih memilih makan di Resto Fistern Zunfthaus, karena lokasinya yg tenang di pinggir danau. Apalagi saat makan malam, suasananya sangat romantis. Disana katanya, ia pernah menikmati lumpia jamur yang dicampur sayuran dengan siraman mayonaise. Rasa bumbu rempahnya hangat dan nikmat, sesuai untuk santapan malam hari.
Thailand, Singapore, Jepang, RRC, Vatikan-Italy, Austria, Swiss, Leichtenstein, Prancis, Belgia, Nederland, Ceko, Slovakia, Jerman, Polandia, Hongaria, merupakan negara-negara yg sudah dia jelajahi. Namun, ia mengakui tidak pernah traveling sendiri, melainkan selalu bersama keluarga. Seperti halnya para traveler profesional, Marciana juga sdh mempersiapkan itenary-nya jauh-jauh hari. Ia sudah mempelajari tempat-tempat yg akan mereka jelajahi. Baginya traveling itu tidak selalu harus ke tempat yg indah untuk dipandang mata.
Beberapa tahun lalu, saat traveling ke Polandia, ia sengaja memilih mengunjungi Auschwitz dan Birkenau Concentration Camps. Ini adalah jenis traveling sejarah. Kedua lokasi ini bekas Kamp tempat pemusnahan masyarakat Yahudi yg dilakukan oleh Nazi Jerman pimpinan Hitler pada era Perang Dunia ke-2 yang lalu.
“ Dengan melihat Kamp Konsentrasi tersebut akhirnya semakin menyadarkan saya betapa kita harus menghagai perbedaan dan saling menghormati sesama manusia. Kita tak berhak menghakimi orang lain berdasarkan SARA, “ jelas wanita kelahiran Surabaya 48 tahun silam ini melalui sebuah email.
Jenis traveling sejarah lainnya ketika ia melakukan traveling ke kota Vienna, Austria. Ia pernah mengunjungi Schonbrunn Palace, istana musim panas nan megah di kota Vienna dan merupakan salah satu destinasi paling populer ketika orang berkunjung ke Austria. Istana ini dibangun pada masa kejayaan ratu Maria Theresia. Salah satu dari putri Maria Theresia yg terkenal ialah Maria Antonia. Oleh sang ratu, putrinya itu ia nikahkan dengan raja Louis ke XVI dari Prancis saat masih berumur 14 tahun. Dan sejarah kemudia mencatat saat Revolusi Prancis terjadi, Maria Antonia--lebih dikenal dgn nama Prancis Maria Antoinette--dipenggal kepalanya dengan geouletine di kota Paris, Prancis thn.1793.
Ada juga pengalaman lain dia dapatkan ketika traveling ke Shirakawa–Go Village, Jepang. Waktu itu jelang tutup tahun 2013 dan musim salju. Disana ia pernah terpeleset diatas genangan es, lumayan sakit meski tak meremukkan tulangnya. Namun disana juga ia mendapatkan pemandangan yg unik. Ia melihat rumah-rumah penduduk dibangun dengan atap berbentuk segitiga, seperti buku berdiri terbuka.
“ Genteng rumah penduduknya dibangun dari ranting-ranting pohon dengan ketebalan 30 cm dan harus diganti tiap 25 tahun sekali. Uniknya, mereka tidak pake paku sama sekali, “ jelasnya kepada penulis. Sementara waktu traveling di kota Praha, Ceko, ia hampir tak percaya saat memasuki gereja Osuary Seldec. Betapa tidak, karena ia melihat interior gereja itu dihiasi dengan banyak tulang belulang manusia.
Itulah Marciana
Setijawati, wanita katolik, pengusaha kuliner yg telah memperkaya hidupnya
dengan traveling demi traveling.
Jakarta, 4 September 2015
Jakarta, 4 September 2015
No comments:
Post a Comment