Wednesday, 12 October 2016

Sahabat GTGC : Riris Fransiska Manalu

Dia wanita Batak kelahiran Dolok Sanggul, Sumatera Utara, pada 46 tahun yang silam. Pencinta traveling tapi mengaku sering nervous kalau naik pesawat. Pernah perutnya sempat mules dan keringat dingin bercucuran, karena dibayangi ketakutannya naik pesawat. 

Saat itu di tahun 2010, ia tengah membawa orangtuanya ke Roma, Italia, untuk menemui sang adik, seorang rohaniawan Katolik yg tengah belajar disana. Tapi katanya, justru itu pula awal mulanya ia mulai menyukai dunia traveling. Italia, Belanda, Prancis, China, Spanyol, Korea Selatan dan Singapore, merupakan negara-negara yang sudah dia jelajahi. Ketika ditanyakan negara mana paling mengesankan sepanjang travelingnya, ibu dari satu orang anak ini menyebut Italia. Kenapa Italia ?

“ Walau beda bahasa, tapi orang Italia itu sama seperti orang Batak, suka marnonang (bercerita), “ jawabnya sembari tertawa. “ Tapi Spanyol dan sekitarnya hingga Barcelona juga sangat mengesankan. Menurutku, kota ini wajib masuk travel list bagi para traveler. Kota yang romantis dan indah “ terangnya.

Traveling itu, seperti kita ketahui tidak hanya soal datang melihat keindahan suatu tempat. Traveling itu juga sebuah kesempatan untuk menikmati kuliner, mengecap masakan negara lain. Riris menyebut, untuk makan siang yang enak di Italia, pergilah ke restauran China, posisinya di seberang kota Roma. Sekalipun tempatnya sempit, tapi banyak tamu pembesar dari Asia, termasuk orang Indonesia sering makan disana.


 “ Bihunnya enak banget.. .hmmm, tapi saya juga suka spaghetti cumi di Venezia, luarbiasa maknyuss tapi mahal “ katanya menambahkan.

Tentu ia sudah banyak mendapatkan pengalaman menarik selama traveling. Tidak selalu indah. Pengalaman tidak enak juga ia pernah alami. Riris menyebutkan salah satunya adalah peristiwa tahun 2010 yang lalu.

“ Waktu itu perjalanan kami dengan kereta api Euro Star dari Amsterdam menuju Paris. Bapak saya sepertinya tidak tenang. Ia gelisah dan tidak bisa beristirahat. Itu perjalanan panjang dan paling melelahkan dimana kondisi bapak saya kemudian seperti tidak sadar berada di mana. Mestinya perjalanan kami dari Paris akan berlanjut lagi ke Lourdes, tapi karena kondisi bapak lagi sakit, maka kami hanya sampai di Paris saja. Schedule kami jadi berantakan. Kami cari hotel, susahnya luar biasa. Malam itu kami terpaksa tidur di terminal kota. Dan mandi juga di toilet terminal. Sehabis sarapan pagi kemudian kami naik taksi ke bandara Orly. Dan kami putuskan untuk kembali ke Italia dengan pesawat terbang, “ jelasnya dalam sebuah email kepada saya.

Rupanya tak hanya itu. Sebelum mereka kembali ke Italia, ia sempatkan untuk jalan-jalan ke kota Paris, untuk melihat menara Eiffel terutama. Namun, kameranya ternyata tertinggal di taksi. Ia melaporkannya ke polisi dan memberikan alamat adiknya yang di Roma. “ Dan luarbiasanya, 2 bulan berikutnya, kamera itu telah dikirimkan kembali ke alamat yg kami berikan di Roma, “ ungkap istri Sabungan Pandiangan S.H.ini.

Ada juga pengalaman lucu yang ia rasakan. Itu terjadi di Amsterdam waktu mereka mencari restauran Indonesia. Mereka melihat di depan pintu restauran itu ada lampion dan reog Bali terpampang. Mereka pikir itu pasti restauran Indonesia. Maka dengan percaya diri mereka pun langsung masuk dan berseru : 


“ haallooo, mau makan ya empat.. Namun, ternyata mereka orang Philipina dan tidak mengerti apa yang kami katakan. Mana bapak dan mama ku langsung nanya dimana letak toilet lagi. Hahahaa. Namun karena kami ordernya lumayan, jadi mereka akhirnya senang-senang saja, “ ujar Riris lagi menjelaskan.

Sebagaimana para traveler profesional, tak terkecuali juga Riris, sebelum traveling semua sudah ia persiapkan, termasuk mencari tahu cuaca di tempat yang akan dituju. Tentu saja dengan internet bisa dia kerjakan. Dan dia pun mengakui mendapat banyak pembelajaran melalui dunia traveling. Ketika di Eropa, misalnya, ia melihat semua situs sejarah mereka pelihara dengan baik dan menjadi penghasil devisa. 


“ Di China, teh saja disebut-sebut berusia ratusan tahun, lalu dikemas menjadi tujuan wisata. Saya kira Indonesia tidak kalah dalam hal kekayaan alam dan budaya. Makanya saya berharap suatu waktu Indonesia akan menjadi tujuan wisata seperti Eropa saat ini, “ jelas Riris memberi perbandingan.

Diujung wawancara, saya sempatkan meminta agar ia memberikan semacam tips kepada traveler pemula. Dan inilah tips darinya :

“ Saya sarankan lakukanlah perjalanan ke Eropa lebih dulu baru Asia. Siapkan kamera dengan baterai yang cukup. Jika Anda kepengen sesuatu dan Anda sangat tertarik, silahkan beli, karena belum tentu barang itu ketemu lagi. Jangan pakai tas branded, karena akan mengundang niat orang merampok tas Anda. Yang penting tas Anda kokoh saja dan tidak terlalu besar. Dan satu hal lagi, lupakan diet selama traveling…hahahaha….” tuturnya mengakhiri .




. Itulah traveler sahabat kita Riris Fransiska Manalu. Bagaimana pun traveling telah memperkaya hidupnya dan ke depan ia masih ingin menjelajah ke negeri Eropa lainnya.

Jakarta, 25 April 2015.




No comments:

Post a Comment