Banyak
yang ingin kulihat, tetapi betapa terbatasnya waktu. Kadangkala tak sempat
kumencari tahu apa saja keistimewaan tempat yang telah kukunjungi. Dan sebagai
gantinya, kadangkala aku mengambil waktu mengenangnya melalui sebuah puisi
sebagai ganti catatan perjalananku. Dan inilah yang kutulisan setelah aku
melihat desa Walzenhausen :
" Aku
berdiri disini menyapamu ketika kabut pagi berlalu. Aku mendengar siapa dirimu
lewat bisikan angin. Engkau perpaduan unik antara hasrat sungai Rhein dan
keperkasaan gunung Alpen. Aromamu segar meneduhkan pikiranku. "
Menjelang makan siang. Aku berhenti di sebuah jalan mendaki. Disinilah sejenak
tubuhku berteduh, dalam pesona kumenatap desa-desa indah, saat perjalanan dari
Heiden ke Walzenhausen,Swiss. Ya, Alangkah indahnya negeri ini. Alangkah makmurnya
negeri ini. Alangkah asrinya desa ini. Kata orang, kalau ekonomi suatu bangsa
makmur, maka semua hal mudah dibenahi. Indonesia, sebuah negeri yang disebut
makmur, hanya sebutan saja, tetapi penduduknya miskin teramat sangat hampir
dalam segala hal. Bagaimana Indonesia bisa makmur ? Aku bertanya dalam hati.
Sebab, mataku melihat warganya saja mau
beribadah dan berdoa kepada Tuhan dilarang, gerejanya ditutup, dirusak,
diteror, diancam dan orang pemerintahnya ikut bermain didalamnya ! Ya, Tuhan, berapa
lama lagi Indonesia keluar dari kemiskinan dan kebodohan ini ?!
* My traveling my memory.