Wednesday, 30 November 2016

Saat Kuberistirahat

Hidup Berjalan Bagaikan Truk Kontainer


Dari Austria menuju Italia. Bis yg kami tumpangi berhenti dipertengahan jalan untuk memberikan kesempatan kepada para penumpang melepas penat. Aku turun dari bis untuk melihat keadaan disekitar. Dan aku melihat ada sebuah truk kontainer berlambang Uni Eropa, tidak jauh dari tempat bis kami beristirahat.


Aku memerhatikannya. Sebetulnya tak ada yg istimewa dengan truk ini, kecuali karena aku melihatnya sebagai sebuah lambang perjalanan hidup yg sarat dengan beban. Ya, hidup pun seringkali sarat dengan beban. Beban hidup itu membuat kita letih lesu. Namun, segera aku mengingat ada satu pribadi yg bersedia menolong dan meringankan beban kita. 

Dialah Yesus. Dialah yg berkata :

" Marilah datang kepadaKu, engkau yg letih lesu dan berbeban berat, maka Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. "

Aku bersaat teduh sejenak. Aku mengambil beberapa foto sebelum melanjutkan perjalanan.

* My traveling my memory 


Sunday, 27 November 2016

Dari Dornbirn ke Karren, Austria

Kuingin Suatu Hari Nanti Bisa Kembali Lagi ke Sini






Hampir serupa dengan Pfaender, nama lokasi ini Karren. Ia berada di ketinggian 976 meter diatas permukaan laut. Untuk bisa ke lokasi ini, kita harus datang ke kota Dornbirn dan membeli ticket cable car. Dari sinilah aku bisa leluasa melepaskan pandangan untuk melihat kota Dornbirn. Mereka bilang, jauh lebih indah kalo melihatnya pada malam hari, sebab kita akan melihat nun dibawah sana seperti lautan cahaya berpindar karena lampu-lampu yang menyala dari rumah-rumah, jalan-jalan dan gedung-gedung kota Dornbirn.


Banyak orang suka datang ke tempat ini untuk jogging, sementara aku lebih suka untuk berfoto. Ada restaurant Panorama namanya.  Disini orang bisa menikmati makanan dan minuman sembari menikmati pemandangan ke bawah.  Boleh memilih makan dalam ruangan tertutup kaca.  Atau silahkan makan di udara terbuka sambil merasakan kesegaran udara Karren. Akhirnya aku harus bilang : Karren ya keren !


* My traveling my memory

Friday, 25 November 2016

Indahnya Budapest, Hungaria

Catatan Perjalanan Mariani Sidabutar Larsen




Budapest, kota terbesar dan paling cantik di Eropa Barat.  Kota yg menkombinasi budaya tua dan modern dengan sempurna, seperti namanya Buda dan Pest.
Baiknya berkunjung di musim Semi, Gugur, dan menjelang musim dingin. Kalau musim panas mungkin terlalu panas, karena di Budapest banyak sumber mata air panas. Bila kita berkunjung ke Budapest bulan oktober, temperatur tdk begitu dingin. Namun sedikit hujan. 

 Jika berkunjung hanya beberapa hari, ada baiknya memilih naik city tour dgn bus "Hop On Hop Off" early morning, agar bisa melihat memanfaatkan waktu. Ada bus yg Merah, Kuning, Blue (tour dgn boat), dan walking tour. Ada juga jadwal malam hari, karena di malam hari tidak kalah menariknya view kota Budapest dgn jembatan Chainz dan Elizabeth yg terkenal, menghubungkan kota Buda dan Pest. 


Banyak bangunan bersejarah, seperti istana dan gereja juga. Kalau tidak salah negara Hungaria sempat dijajah Turki selam 150 tahun. Jadi ada juga peninggalan dari Negara Turki. 

Harga2 sangat murah. 1€ = 200,- an Forint (HUF). Tidak menerima Euro (kecuali di tempat2 turis). 

Jika mampirnya cuma 1 hari mending ke kota saja, sambil nenikmati makanan khas Budapest. Mereka rata2 bisa bahasa Inggris, dan ramah. Jangan lupa menikmati Goulash Soup pake daging, atau Fisherman Soup atau Fish Soup yang sangat delicious .. mmm masih terasa di lidah. 




Ibukota yg selalu rame hingga di malam hari oleh muda-mudi yg nge bar/cafe. tapi pasangan2 tua terlihat juga beberapa. Penduduknya rada2 mirip orang Turki juga seperti orang Rumania, Polandia, Serbia, pokoknya daerah-daerah Balkan.. mixed. Blondine dan Brunette. :)



Seperti kota2 besar lainnya, banyak juga homeless, gelandangan di subway, mungkin karena dingin bagi mereka utk istirahat, lebih memilih disana.
Transport di kota adalah Tram dan bus. Hingga late night pun masih ada. Dari kota ke airport sekitar 30/40 menit by taxi.

Thursday, 24 November 2016

Nikmatnya Soup Hungaria

I Love Goulash Soup


Pertama kali saya menikmati Goulash soup ini thn.2011, di pagi hari di desa Au, Swiss, saat temanku Claudy mengajakku Breakfast di sebuah restaurant kecil. Ia memesankan Goulash soup untukku, karena tahu selera lidahku suka dengan masakan pedas. Ternyata aku menikmati banget. Sejak itu, dalam traveling ke berbagai tempat di Eropa, Goulash soup ini masuk dalam list kuliner favoritku. Biasanya saya mencocol roti kedalamnya dan menutupnya dengan segelas atau sekaleng bir dingin!


Dahulu kala Goulash ini berasal dari soupnya orang Hungaria, berupa rebusan daging bersama sayur-sayuran, lalu diramu dengan lada dan aneka rempah-rempah lainnya. Itu sebabnya rasanya tajam dan pedas.  Dari kerajaan Hungaria pada abad pertengahan, kemudian Goulash soup ini menyebar ke negara-negara Eropa lainnya dengan berbagai variasinya. 


So, bila Anda traveling ke Eropa, jangan lewatkan untuk mencicipi kuliner yang satu ini, apalagi saat musim dingin. Goulash soup dijamin akan segera menghangatkan tubuh Anda.

* Rujukan informasi : Wikipedia.

Wednesday, 23 November 2016

Dari Hamburg ke Hamburger

I Love Hamburger



Kota Hamburg kita kenal sebagai kota pelabuhan dan merupakan kota kedua terbesar di Jerman. Sebagai kota pelabuhan, Hamburg saat malam hari akan menampilkan banyak kehidupan glamour dan dunia hiburan. Tetapi, dalam soal kuliner, orang Hamburg selain suka minum Beer juga makan Burger.

Burger itu adalah jenis makanan berupa roti bundar, diiris dua pada bagian tengahnya lalu dipanggang, diisi dengan daging, sayur-sayuran berupa selada, tomat, dan bawang bombay. Biasanya diberi berbagai jenis saos seperti mayonise, saos tomat serta mustard. 

Lalu, apa hubungannya antara Hamburg dengan Hamburger ? Begini. Dahulu kala, banyak orang Jerman, terutama yang berasal dari kota Hamburg pergi merantau ke Amerika. Disana, mereka menyebarkan pembuatan Burger ini. Itulah sebabnya disebut Hamburger, maksudnya makanan yg berasal dari Hamburg.  Dari Amerika, Hamburger kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, dan rupanya kuliner ini disukai oleh banyak orang.
Begitulah ceritanya.

Rujukan informasi : Wikipedia.

Tuesday, 22 November 2016

Croissant dan Kisah Dibelakangnya

I love Croissant





Roti Prancis ini pertamakali kunikmati beberapa tahun lalu saat traveling dari Austria menuju Italia, ketika bis yg kami tumpangi ditengah perjalanan mampir di sebuah café. Rasanya renyah dan membuat perjalananku pagi itu menjadi istimewa saat kumenyeruput kopi pagi. Sejak itu aku suka croissant.
Pertanyaannya, kenapa Pastry ini bentuknya bulan sabit ? Nah, ternyata ada cerita dibaliknya kuliner ini.

Menurut legenda, roti ini sengaja dibuat berbentuk bulan Sabit untuk merayakan kemenangan pasukan Franks atas pasukan Umayyad dalam peperangan di Tours, Prancis, pada thn. 732.  Sumber lain mengatakan, roti ini dibuat pertamakali di kota Wina atau Vienna pada thn.1683 untuk merayakan kemenangan pasukan Eropa atas Ottoman dalam peperangan memperebutkan kota ini. Bulan Sabit atau Crescent adalah simbol dari bendera Turki. Artinya, ketika orang-orang Eropa memakan roti ini, seolah-olah mereka tengah melahap Turki, musuh mereka. 


Karena rasanya yg renyah, hingga sekarang, croissant masih menduduki tempat terhormat pada hampir semua sarapan pagi di Eropa. Di Prancis, croissant dijual tanpa isi dan tanpa tambahan mentega. Sedangkan di luar negara asalnya, croissant sering berisi cokelat, daging dan lainnya.

Dahulu, menurut tata caranya, membuat roti ini butuh waktu beberapa hari, sehingga diperlukan kesabaran yg tinggi. Tapi sekarang, dengan bantuan teknologi kuliner, roti Prancis ini dapat dibuat dalam jumlah besar dan tidak lagi butuh waktu yg lama. 

Rujukan informasi : Wikipedia