Wednesday, 21 December 2016

Malaka Kota Warisan Dunia

Catatan Perjalanan Bagian 2



Pelancongan saya selanjutnya adalah menuju kota tua Malaka. Bagi travel blogger seperti saya, menjelajah Malaka sudah pasti masuk dalam daftar destinasi wajib. Soalnya, disini banyak situs peninggalan sejarah. Malaka terkenal dengan bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda dan Portugis. Land mark kota ini yg terkenal adalah bangunan gereja tua Christ Church.  Posisinya bersebelahan dengan Stadthuys Museum dan Kantor Pos Pusat di Dutch Square. 


Ketika hari masih pagi, Minggu 11 Desember 2016, saya tiba di lokasi. Setelah kakiku menjelajah ke sana ke mari dan mataku menatap jalan-jalan di kota ini membuatku berdecak kagum. Terasa banget nuansa kota kunonya namun berpadu dengan bangunan modern. Hard Rock cafĂ© bisa kita temukan disini. Terasa bahwa kota ini memang sudah dikemas untuk turisme. 



Disini ada banyak bangunan-bangunan bersejarah dan mudah pula kita kunjungi karena jaraknya berdekatan. Kita cukup dengan berjalan kaki saja, tapi kalo tak kuat jalan, bisa naik becak khas Malaka dan harganya pun tak mahal. Kota ini didominasi dengan warna merah sejak kita tiba. Itu sebabnya, orang sering menyebutnya Kota Bangunan Merah. Dan oleh UNESCO kota Malaka ini telah ditetapkan sebagai Kota Warisan Dunia.


Bagi Anda yg suka fotografi, saya jamin Malaka tempat yg sangat elok untuk diabadikan. Banyak spot menarik untuk kita membidik kamera, berselfie atau berwefie. Pergilah ke museum kapal Pinisi, ke klenteng dan museum  Cheng Ho, jalan-jalan ke Jonker Street dan tempat-tempat lainnya. Kulinernya juga banyak dan siap untuk menggoyang lidah Anda.

The last but not least, traveling saya kali ini pun sangat menyenangkan. Sebab di sini saya bersama Bonar bertemu, berkenalan dan akhirnya kami jalan bareng dengan 3 traveler wanita berasal dari kota Batam. Mereka tengah berlibur ke Malaka dan perjumpaan kami dimulai dari bis yg membawa kami dari terminal Sentral Malaka. Devi, Yani dan Dwi Rahmadhani, itulah nama mereka. Kami cepat akrab satu sama lain. Keakraban kami ini segera membuat saya ingat dengan sebuah kata bijak dalam dunia traveling. Kata bijak itu mengatakan bahwa adakalanya traveling itu tidak diukur dari jarak yg ditempuh, tetapi dari persahabatan yg terjalin antara sesama traveler.



Banyak momen dan canda membuat kami tertawa bersama. Banyak tempat bagus membuat kami perlu berfoto bersama. Lihatlah gaya berfoto kami di saat kami jalan bareng mengitari kota Malaka. Semoga dihari mendatang kami bisa traveling bareng lagi di lain destinasi.



Catatan perjalanan saya selanjutnya traveling ke perkampungan Prancis di Pahang, dikenal dengan nama Colmar Tropicale.

No comments:

Post a Comment