Tuesday, 27 December 2016

Kembali ke Jakarta Melalui Singapore

Catatan Perjalanan Bagian Penutup





Dua hari terakhir sebelum saya kembali ke Jakarta, sesuai dengan itinerary yg telah saya susun, maka saya akan menjelajah Singapore. Saya memasuki Singapore melalui Johor Bahru, dengan mengambil bus dari stasiun Larkin. Perjalanan hanya beberapa puluh menit saja dan ongkosnya hanya 3 MYR. Dalam perjalanan ini ada 2 keimigrasian yg harus dilewati saat kita memasuki perbatasan antara Malaysia-Singapore. Pertama, untuk mendapatkan cap imigrasi keluar dari Malaysia. Kedua, untuk mendapatkan cap memasuki negara Singapore melalui keimigrasian Singapore di Woodland.




Selesai urusan keimigrasian dan tiba di stasiun bus jl.Bugis, Singapore, saya pun langsung menuju Hostel yg telah saya booking saat kami menginap di Hostel Double K Johor Bahru.

Saya cukup berjalan kaki menuju stasiun kereta api untuk membeli tiket komuter dan turun di stasiun Little India. Jaraknya tidak terlalu jauh.





Akhirnya ketemu juga Kawan Hostel. Selesai urusan pembayaran, saya pun merebahkan diri di kamar untuk beristirahat dan mencharge HP-ku yg sdh low bat. Bonar tiba belakangan karena dia menumpang bus sejak dari Woodland menuju Little India.

Sore hari setelah kami menikmati Tomyam dan sebotol bir dingin di sebuah rumah makan Chinese restaurant di Little India, kami pun meluncur ke Marleon park. Untuk menuju lokasi ini ada dua piilihan transportasi publik. Kalo naik bus, berhentilah di bus stop Fullerton Square , posisinya didepan Fullerton hotel. Tetapi kalo naik MRT, naiklah MRT line Hijau dan turun di Raffles place MRT Stasiun, exit H, lalu berjalan kaki ke Marlion park. Kami memilih naik MRT karena lebih murah dan lebih cepat. 


Hari sudah agak sore saat kami tiba di Marleon Park. Ada banyak orang sudah berada di situ. Patung Merlion dan Marina Bay Sands ini memang sudah menjadi ikon negara Singapore dan entah sudah berapa puluh juta orang berfoto dengan latar belakang keduanya. Berfoto disini memang sangat oke apalagi saat malam hari. Setelah kami puas berfoto, kami pun kembali ke hostel untuk istirahat dan tidur.


Bangun pagi sehabis breakfast roti panggang dan minum kopi susu di Hostel, kami pun check out. Destinasi kami adalah menuju Universal Studio, lalu siang hari kami sdh harus di bandara Changi sebab saya sdh membuat janji dengan seorang teman lama di facebook, namanya Christoper Tan. Dia warga Singapore dan pengikut Kristus Yesus yg setia. Kami sdh berteman melalui facebook mungkin lebih dari 4 tahun, namun belum pernah bertemu secara langsung. 

Sejak saya di Malaysia saya sdh memberitahunya bahwa saya akan pulang melalui Singapore. Dia senang. Dia ingin kami bertemu di bandara dan makan siang bersama. Itulah sebabnya, mengapa tidak banyak perjalanan yg kami lakukan di hari terakhir itu, kecuali mengunjungi Universal Studio Singapore. Jujur saya sebetulnya tak terlalu suka di sini, karena suasananya terlalu berisik. Kami mengambil beberapa foto sebelum meninggalkan Universal Studio Singapore dan menuju Changi airport.



Sekitar jam 2 siang akhirnya kami pun bertemu dengan Christoper Tan. Kami bersukacita karena akhirnya bisa bertemu. Christopher pun mengajak kami makan siang bersama di restaurant yg berada di dalam bandara Changi. Dia banyak bercerita tentang masa lalu hidupnya sebelumTuhan Yesus menjamah hidupnya dan memintanya untuk melayani Dia dan bersaksi tentang Dia. Dipenghujung pertemuan kami, setelah kami foto-foto bersma, Christoper juga yg mengantarkan kami sampai kami check in dan masuk ke dalam ruang tunggu Air Asia.

Kami saling melambaikan tangan. Tentu saja saya berharap, jika Tuhan ijinkan suatu hari nanti kami bisa bertemu kembali, entah di Singapore atau pun di Indonesia.


Friday, 23 December 2016

Mengunjungi Murugan di Batu Caves

Catatan Perjalanan Bagian 4



Saat Anda liburan ke Kuala Lumpur pesan saya jangan pulang sebelum melihat Batu Caves, kalau Anda tidak ingin menyesal. Hahaha, sarannya kedengaran provokatif banget ya. Tetapi benar lho, mengunjungi Batu Caves itu sudah masuk sebagi destinasi wajib, sejak awal saya menyusun itinerary traveling Malaysia-Singapore ini.

Untuk mencapai ke lokasi Batu Caves ini selain mudah juga murah ongkosnya. Anda cukup datang ke KL Sentral, ambil tiket komuter jurusan Batu Caves. Anda bisa duduk dengan anteng-kalo dapat tempat duduk—melihat kota Kuala Lumpur dan kawasan Klang Valley selama perjalanan. Tunggu saja sampai kereta api komuter yg Anda tumpangi tiba di stasiun paling akhir. Sebab Batu Caves merupakan stasiun terakhirnya. Perjalanan dari KL Sentral ke Batu Caves sekitar 40 – 45 menit saja.

Ketika saya turun dari komuter dan masuk ke lokasi Batu Caves, kedatangan saya sudah disambut dengan patung besar, kurang lebih tingginya 15 meter, patung Hanoman berwarna Hijau. Kalo di Jawa, kera Hanoman ini biasanya selalu digambarkan berwarna putih kan ? Lalu beberapa puluh meter dari situ kita akan melihat 2 buah stupa. Biasanya ini adalah tempatnya untuk upacara keagamaan Hindu  dan juga sering dipakai untuk upacara pernikahan. Waktu saya tiba disitu, memang sedang ada upacara pernikahan ala Hindu-Malaysia, tetapi saya lupa memotonya.


Teruslah berjalan ke pelataran utama dan segera mata kita melihat sebuah patung besar dengan warna keemasan. Ya, itu dia patung Dewa Murugan yg berdiri dengan agungnya membelakangi tebing batu dan menatap ratusan pengunjung yg datang. Banyak yg berfoto dengan latar belakang patung Murugan ini dan juga berfoto dengan kawanan burung merpati yg tidak jauh dari situ, termasuk saya tentunya.

Katanya, dari sekian banyak patung Murugan umat Hindu di dunia ini, maka yg ada di Batu Caves inilah patung Murugan tertinggi di dunia. Menurut Wikipedia tingginya patung Murugan ini mencapai 42,7 meter, dibutuhkan waktu 3 tahun untuk mengerjakannya dengan menghabiskan material sekitar 350 ton baja, 1,550 meter kubik beton dan 300 liter cairan emas. Patung ini didedikasikan oleh umat Hindu Tamil dan Hindu Malaysia kepada Dewa Murugan. 

Menurut informasinya, apabila tiba perayaan Thaipusam, umat Hindu umumnya bangsa Tamil dari berbagai penjuru dunia akan datang dan berkumpul di Batu Caves ini untuk menghormati Dewa Murugan dan Dewa Subramaniam, yg mereka percaya sebagai dewa perang dan pelindung suku Tamil. Bersebelahan dengan patung Murugan ini ada 272 anak tangga menuju gua untuk persembahan. Tapi saya cukup melihat saja.

Tempat ini dinamakan Batu Caves mengambil nama batu yg mengalir melewati bukit disitu dan bukit tsb memiliki beberapa gua. Sehingga desa terdekat disitu juga disebut desa Batu Caves. Kuil di Batu Caves adalah salah satu kuil paling popular di luar India. 


Batu Caves ini selalu ramai dikunjungi orang. Jadi sebaiknya saran saya, datanglah pagi-pagi kalau Anda tidak ingin dengan suasana crowded, karena semakin siang semakin ramai dengan pengunjung. Dan untuk masuk ke lokasi Batu Caves pengunjung tidak dipungut bayaran, kecuali Anda ingin membeli souvenir, kain sari atau kerajinan tangan India yg banyak dijual disitu. Anda harus bayar tentunya.

Thursday, 22 December 2016

Merasakan Suasana Prancis di Malaysia

Catatan Perjalanan Bagian 3




Cerita perjalanan saya bagian ketiga ini adalah kunjungan saya setengah hari ke perkampungan tropis tetapi rasa Prancis. Siapa sih yg tak kenal dengan perkampungan Colmar, bagian dari wilayah Alsace, Prancis Timur ? Bagi traveler kelas dunia, desa Colmar atau Alsace, Prancis, so pasti sudah masuk destinasi wajib. Colmar terkenal sebagai kota yg indah dan rumah-rumahnya masih mempertahankan keasliannya. Bahkan ada yg menyebut desa Colmar ini bagaikan di negeri dongeng.


Entah karena liburan atau hal lain, suatu hari Tun Dr.Mahathir Mohamad, Perdana Menteri ke empat Malaysia pernah berkunjung ke Alsace. Sang Perdana Menteri ini pun terpesona dengan keindahan desa Colmar. Sehingga ia pun berkeinginan agar Malaysia juga punya desa seperti yg dilihatnya itu. Pulang dari sana, segera diperintahkannyalah untuk membuat desa semirip Colmar. Tetapi karena Malaysia beriklim tropis, maka disebutnyalah tempat itu Colmar Tropicale, berlokasi di Berjaya Hills, Pahang, dekat banget dengan Genting Highland.

Destinasi ke Colmar Tropicale, sudah masuk dalam list itinerary saya yg hampir saja saya batalkan. Masalahnya, ticket ke sana untuk hari Sabtu sampai Senin telah sold out. Tetapi hari Selasa ticket ada. Kondisi ini membuat saya harus menukar hari yg lain untuk beberapa destinasi. Jadilah hari Selasa jam 9.30 waktu Malaysia saya berangkat dengan shuttle bus dari Berjaya Times Square Kuala Lumpur, menuju Colmar Tropicale. Ongkosnya 60 Ringgit two way, sudah termasuk ticket masuk ke sana. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 30 menit, shuttle bus yg membawa kami pun tiba.


Benar amazing ini tempat. Dari apa yg saya lihat melalui google, rumah-rumah disini memang mirip banget dengan aslinya di Alsace, Prancis. 


Apabila Anda berfoto di sini dan memposting foto tsb , dan bila Anda tidak menyebutkan nama lokasinya, maka saya pastikan orang akan mengira dan percaya Anda sedang berada di Eropa atau di Colmar, prancis. Hal itu saya buktikan sendiri. Setiba di lokasi, setelah mengambil beberapa foto selfie, segera saya mempostingnya di facebook dan menulis status dalam bahasa Prancis : Maintenant Je suis dans Colmar village (artinya, sekarang saya berada di desa Colmar).

Postingan itu membuat teman saya Claudy yg berada di Austria terheran sangat. Segera dia memberi komen : Are you in Colmar, France ? Nah, itu buktinya…:-)

Selain rumah-rumah yg mirip di Colmar Prancis, sebetulnya kita juga bisa mengunjungi Japanese Village dan Botanical Garden yg tidak jauh dari situ. Tetapi saya tidak terlalu tertarik untuk kedua lokasi tersebut. Jadinya sembari menunggu datangnya jemputan untuk membawa kami kembali ke Kuala Lumpur, saya lebih banyak berada di area perumahan Colmar Tropicale. 

Apa saja yg bisa kita nikmati disini ? Ada pertunjukan tari dan nyanyi yg bisa kita saksikan secara gratis. Bagi yg ingin menikmati kuliner ala Eropa atau ala Prancis, ada banyak resto dan café tersedia, tapi bayar tentu saja.
Kalau saja saya tidak mendengar orang-orang berbicara bahasa melayu, sungguh saya mengira saya sedang berada di Prancis.



Wednesday, 21 December 2016

Malaka Kota Warisan Dunia

Catatan Perjalanan Bagian 2



Pelancongan saya selanjutnya adalah menuju kota tua Malaka. Bagi travel blogger seperti saya, menjelajah Malaka sudah pasti masuk dalam daftar destinasi wajib. Soalnya, disini banyak situs peninggalan sejarah. Malaka terkenal dengan bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda dan Portugis. Land mark kota ini yg terkenal adalah bangunan gereja tua Christ Church.  Posisinya bersebelahan dengan Stadthuys Museum dan Kantor Pos Pusat di Dutch Square. 


Ketika hari masih pagi, Minggu 11 Desember 2016, saya tiba di lokasi. Setelah kakiku menjelajah ke sana ke mari dan mataku menatap jalan-jalan di kota ini membuatku berdecak kagum. Terasa banget nuansa kota kunonya namun berpadu dengan bangunan modern. Hard Rock café bisa kita temukan disini. Terasa bahwa kota ini memang sudah dikemas untuk turisme. 



Disini ada banyak bangunan-bangunan bersejarah dan mudah pula kita kunjungi karena jaraknya berdekatan. Kita cukup dengan berjalan kaki saja, tapi kalo tak kuat jalan, bisa naik becak khas Malaka dan harganya pun tak mahal. Kota ini didominasi dengan warna merah sejak kita tiba. Itu sebabnya, orang sering menyebutnya Kota Bangunan Merah. Dan oleh UNESCO kota Malaka ini telah ditetapkan sebagai Kota Warisan Dunia.


Bagi Anda yg suka fotografi, saya jamin Malaka tempat yg sangat elok untuk diabadikan. Banyak spot menarik untuk kita membidik kamera, berselfie atau berwefie. Pergilah ke museum kapal Pinisi, ke klenteng dan museum  Cheng Ho, jalan-jalan ke Jonker Street dan tempat-tempat lainnya. Kulinernya juga banyak dan siap untuk menggoyang lidah Anda.

The last but not least, traveling saya kali ini pun sangat menyenangkan. Sebab di sini saya bersama Bonar bertemu, berkenalan dan akhirnya kami jalan bareng dengan 3 traveler wanita berasal dari kota Batam. Mereka tengah berlibur ke Malaka dan perjumpaan kami dimulai dari bis yg membawa kami dari terminal Sentral Malaka. Devi, Yani dan Dwi Rahmadhani, itulah nama mereka. Kami cepat akrab satu sama lain. Keakraban kami ini segera membuat saya ingat dengan sebuah kata bijak dalam dunia traveling. Kata bijak itu mengatakan bahwa adakalanya traveling itu tidak diukur dari jarak yg ditempuh, tetapi dari persahabatan yg terjalin antara sesama traveler.



Banyak momen dan canda membuat kami tertawa bersama. Banyak tempat bagus membuat kami perlu berfoto bersama. Lihatlah gaya berfoto kami di saat kami jalan bareng mengitari kota Malaka. Semoga dihari mendatang kami bisa traveling bareng lagi di lain destinasi.



Catatan perjalanan saya selanjutnya traveling ke perkampungan Prancis di Pahang, dikenal dengan nama Colmar Tropicale.