Sunday, 12 November 2017

Dari Batam ke Malaysia (Part.5)



Senin, 26 Juni 2017, itu adalah hari libur pertama Idul Fitri. Saya sudah memutuskan untuk jalan ke pusat kota Kuala Lumpur. Destinasi utama yg ingin saya lihat China town dan Central Market atu Pasar Seni Kuala Lumpur. Untuk tempat yg terakhir ini sebetulnya saya sudah kunjungi pada traveling tahun lalu. Tetapi karena jarak kedua tempat tersebut tidak berjauhan, maka saya sengaja kembali untuk melihat Pasar seni tersebut.



Central Market Kuala Lumpur ini sudah ada sejak thn.1888. Disinilah tempatnya jika Anda datang ke Kuala Lumpur, ingin membeli barang-barang souvenir lokal dan benda2 seni produk para seniman Malaysia. Itulah sebabnya, mengapa Central Market salah satu yg paling banyak dikunjungi oleh para turis manca negara dan traveler back packer seperti saya.




Dari Seri Setia, sehabis hujan reda, saya naik bis kota. Hanya sekitar 20 menit dengan ongkos 2 Ringgit bis yg saya tumpangi sdh tiba ke pusat kota. Dengan berjalan kaki, saya menuju Pasar Seni. Dan seperti sudah kuduga tempat ini akan ramai berhubung karena hari libur Idul Fitri.



Di Pasar Seni saya hanya melihat-lihat saja. Berselfi di sana-sini. Dan menyempatkan naik ke lantai atas khusus untuk food court dan menikmati ice cream disitu. Menikmati ice cream adalah salah satu kesukaanku. Tapi jujur, ice cream yg mereka jual tidak pas untuk lidahku. Beda banget ketika saya traveling ke daerah Vorarlberg, Austria. Di kota Dornbirn, Lustenau maupun Bregenz, ice cream mereka yg saya jajal semuanya membuat lidahku menari Salsa. Yes, they have decicious ice cream!


Dari Pasar Seni, saya cukup berjalan kaki menuju China town di Jalan Petaling. Seperti namanya, suasananya serasa kita di negeri Chinese. Banyak Lampion dan ornamen-ornamen khas Chinese mewarnai pasar di China town ini.


Tapi yg menarik, saya menemukan orang tua yg sedang ngamen. Suami -istri sepertinya. Orang tua dari suku Chinese ini dengan gitar akustik-nya bukan menyanyikan lagu-lagu mandarin, tetapi malah lagu2 bahasa Inggris yg populer di era 70-an dan 80-an.

 
 


Karena saya dulu pernah jadi pengamen musik, maka tiap kali saya traveling dan bertemu dengan pengamen musik, selalu saya sempatkan untuk mendengarkan para pengamen itu bernyanyi satu dua lagu, memberikan tips lalu berfoto bersama. Sekedar info saja. Saya sudah mengoleksi foto bersama dengan pengamen musik di Singapore, pengamen musik di Kuala Lumpur, pengamen musik di Vietnam dan pengamen musik dan pantomime di Austria. Di Saint-Marie Aux-Mines, Prancis Bagian Selatan, saya lupa untuk foto bersama, tetapi hanya mengambil foto mereka saja, padahal si penyanyi wanitanya cantik banget. Ingat itu rasanya sayang banget!

( Bersambung )



Tuesday, 24 October 2017

Dari Batam ke Malaysia ( Part.4 )



Senin, 26 Juni 2017, itu adalah hari libur pertama Idul Fitri. Saya sudah memutuskan untuk jalan ke pusat kota Kuala Lumpur. Destinasi utama yg ingin saya lihat China town dan Central Market atu Pasar Seni Kuala Lumpur. Untuk tempat yg terakhir ini sebetulnya saya sudah kunjungi pada traveling tahun lalu. Tetapi karena jarak kedua tempat tersebut tidak berjauhan, maka saya sengaja kembali untuk melihat Pasar seni tersebut.



Central Market Kuala Lumpur ini sudah ada sejak thn.1888. Disinilah tempatnya jika Anda datang ke Kuala Lumpur, ingin membeli barang-barang souvenir lokal dan benda2 seni produk para seniman Malaysia. Itulah sebabnya, mengapa Central Market salah satu yg paling banyak dikunjungi oleh para turis manca negara dan traveler back packer seperti saya.





Dari Seri Setia, sehabis hujan reda, saya naik bis kota. Hanya sekitar 20 menit dengan ongkos 2 Ringgit bis yg saya tumpangi sdh tiba ke pusat kota. Dengan berjalan kaki, saya menuju Pasar Seni. Dan seperti sudah kuduga tempat ini akan ramai berhubung karena hari libur Idul Fitri.


Di Pasar Seni saya hanya melihat-lihat saja. Berselfi di sana-sini. Dan menyempatkan naik ke lantai atas khusus untuk food court dan menikmati ice cream disitu. Menikmati ice cream adalah salah satu kesukaanku. Tapi jujur, ice cream yg mereka jual tidak pas untuk lidahku. Beda banget ketika saya traveling ke daerah Vorarlberg, Austria. Di kota Dornbirn, Lustenau maupun Bregenz, ice cream mereka yg saya jajal semuanya membuat lidahku menari Salsa. Yes, they have decicious ice cream!


Dari Pasar Seni, saya cukup berjalan kaki menuju China town di Jalan Petaling. Seperti namanya, suasananya serasa kita di negeri Chinese. Banyak Lampion dan ornamen-ornamen khas Chinese mewarnai pasar di China town ini.



Tapi yg menarik, saya menemukan orang tua yg sedang ngamen. Suami -istri sepertinya. Orang tua dari suku Chinese ini dengan gitar akustik-nya bukan menyanyikan lagu-lagu mandarin, tetapi malah lagu2 bahasa Inggris yg populer di era 70-an dan 80-an.


Karena saya dulu pernah jadi pengamen musik, maka tiap kali saya traveling dan bertemu dengan pengamen musik, selalu saya sempatkan untuk mendengarkan para pengamen itu bernyanyi satu dua lagu, memberikan tips lalu berfoto bersama. Sekedar info saja. Saya sudah mengoleksi foto bersama dengan pengamen musik di Singapore, pengamen musik di Kuala Lumpur, pengamen musik di Vietnam dan pengamen musik dan pantomime di Austria.


( Bersambung )

Monday, 23 October 2017

Dari batam ke Malaysia ( Part.3 )


Jam 11 malam kurang beberapa menit, saya sudah tiba di pos pelayanan GPI di Petaling Jaya, Malaysia. Bersamaan dengan sampainya beberapa muda-mudi GPI yg menjadi TKI di beberapa pabrik (mereka menyebutnya Kilang) di daerah sekitar Petaling. 

Mereka sudah saya kenal karena tahun yg lalu saya juga memakai pos pelayanan ini sebagai tempat tinggalku saat traveling ke Malaysia. Rupanya karena esok hari Minggu dan akan ada ibadah minggu, mereka memilih akan menginap di pos pelayanan ini.
 



Sintua Harmanto Jumari Sinaga yg menjadi gembala mereka. Saya sudah lelah karena seharian perjalanan. Dan pak sintua ini ( sesungguhnya masih pemuda ) tampak sibuk untuk mempersiapkan peralatan untuk kami pakai dalam ibadah minggu pagi. Mereka baru membeli In Focus dan beruntung saya membawa note book shg bisa dikoneksi ke In Focus untuk di proyeksikan ke layar saat menampilkan lagu2 pujian dan penyembahan. 




Saya langsung merebahkan diri, tidur bersama beberapa pemuda di situ, sedangkan pemudi-nya tidur barengan di kamar.




Sesungguhnya menjelang jam 00, saya baru bisa tertidur, karena pikiranku msh ke sana ke mari memikirkan kotbah saya esok pagi. Saya yg akan melayani firman Tuhan bagi mereka untuk ibadah minggu pagi dan minggu malam. 

Oh ya, mereka melakukan 2 kali ibadah ini untuk menjawab kebutuhan mereka. Sebab apabila mereka ada yg masuk shift pagi, maka mereka bisa ikut ibadah malam hari. Bila mereka masuk shift malam, mereka bisa ikut ibadah yg pagi hari.


jam 5 pagi kami sempatkan doa bersama. Salah satu pokok doanya, tentu saja mendoakan tentang ibadah Minggu kami dan pelayanan saya atas firman Tuhan dalam ibadah kami.


Selesai saat teduh, lalu sarapan ala kadarnya. Tidak jauh dari pos pelayanan ini ada pasar pagi dan banyak restauran Chinese. Tapi berhubung liburan Idulfitri, maka yg jualan banyak yg ikut libur. Di Sungai Way ini, ada satu restauran Chinese yg saya suka setiap kali saya pengen makan mie kuah atau mie kwiteau goreng. 




Apa yg kami rasakan saat kami melakukan ibadah minggu pagi itu ? Praise the Lord, kami penuh dengan suka cita karena menikmati hadirat Tuhan sepanjang ibadah kami, baik ibadah pagi maupun ibadah malam.


( Bersambung )

Friday, 13 October 2017

Dari Batam ke Malaysia (Part.2)


Ini masih kelanjutan dari kemalasan saya menulis kisah perjalanan saya dari Batam ke Malaysia. Selain karena belakangan ini saya semakin intens mempelajari bahasa Prancis sebagai bahasa asing kedua yg ingin saya kuasai, pun saya mulai disibukkan untuk pekerjaanku baruku sbg agen promosi dan membuat website-blog resort Pondok Anugerah, Bogor. 


Karena jumlah tamu resort Pondok Anugerah ini terus mengalami peningkatan, ini membuat saya harus rajin meng-update berita dan menaruh dokumentasinya di website tsb. Itulah alasannya.

Tapi mari kita lanjutkan kisah travelingku ini.


Hari itu tgl.24 Juni 2017. Pagi-pagi saya sudah dihantarkan oleh keluarga bereku atau anak kakak yg tinggal di Batam menuju pelabuhan Ferry di Batam Center. Sesuai dengan itenerary yg sdh saya susun, saya sengaja memasuki Malaysia melalui jalur laut dan darat, mengingat lewat udara sdh pernah saya lakukan pada travelingku tahun sebelumnya.


Tidak terlalu banyak orang Indonesia ternyata yg akan masuk ke negeri jiran Malaysia ini. Kebanyakan para penumpang saya lihat orang2 Chinese dan beberapa traveler bule. Perjalanan lewat laut ini hanya butuh 3 jam, saya sudah tiba di pelabuhan Stulang Laut, Johor Bahru. Setelah urusan keimigrasian dan pasporku di stempel, saya pun ke luar dari pelabuhan. 


Dari situ saya mengambil taxi untuk membawaku ke terminal bis Larkin dengan ongkos 15 Ringgit.


Terminal Larkin tampak sangat sibuk. Maklum, besok hari raya Idul Fitri.Hampir semua ticket bis menuju Kuala Lumpur habis terjual. Saya berjalan dari kounter ke konter. Akhirnya saya dapatkan juga 1 ticket bis Cause Way bertingkat berangkat jam 4 sore waktu Malaysia. Saya lupa mencatat berapa harga ticket bis tsb. Tetapi kalo tidak salah tidak sampai 30 Ringgit. Tetapi yg pasti, sepanjang perjalanan jalan raya tampak lengang. 




5 jam perjalanan dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur. Akhirnya, saya tiba di stasiun kereta api Kuala Lumpur sudah jam 9-an waktu Malaysia. Saya akan menuju Sungai Way, dengan turun nantinya di stasiun kecil Seri Setia.


Demikianlah hari pertama saya berada di Kuala Lumpur, sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri.