Senin, 26 Juni 2017, itu adalah hari
libur pertama Idul Fitri. Saya sudah memutuskan untuk jalan ke pusat kota Kuala
Lumpur. Destinasi utama yg ingin saya lihat China town dan Central Market atu
Pasar Seni Kuala Lumpur. Untuk tempat yg terakhir ini sebetulnya saya sudah
kunjungi pada traveling tahun lalu. Tetapi karena jarak kedua tempat tersebut
tidak berjauhan, maka saya sengaja kembali untuk melihat Pasar seni tersebut.
Central Market Kuala Lumpur ini
sudah ada sejak thn.1888. Disinilah tempatnya jika Anda datang ke Kuala Lumpur,
ingin membeli barang-barang souvenir lokal dan benda2 seni produk para seniman
Malaysia. Itulah sebabnya, mengapa Central Market salah satu yg paling banyak
dikunjungi oleh para turis manca negara dan traveler back packer seperti saya.
Dari Seri Setia, sehabis hujan reda,
saya naik bis kota. Hanya sekitar 20 menit dengan ongkos 2 Ringgit bis yg saya
tumpangi sdh tiba ke pusat kota. Dengan berjalan kaki, saya menuju Pasar Seni.
Dan seperti sudah kuduga tempat ini akan ramai berhubung karena hari libur Idul
Fitri.
Di Pasar Seni saya hanya
melihat-lihat saja. Berselfi di sana-sini. Dan menyempatkan naik ke lantai atas
khusus untuk food court dan menikmati ice cream disitu. Menikmati ice cream
adalah salah satu kesukaanku. Tapi jujur, ice cream yg mereka jual tidak pas
untuk lidahku. Beda banget ketika saya traveling ke daerah Vorarlberg, Austria.
Di kota Dornbirn, Lustenau maupun Bregenz, ice cream mereka yg saya jajal
semuanya membuat lidahku menari Salsa. Yes, they have decicious ice cream!
Dari Pasar Seni, saya cukup berjalan
kaki menuju China town di Jalan Petaling. Seperti namanya, suasananya serasa
kita di negeri Chinese. Banyak Lampion dan ornamen-ornamen khas Chinese
mewarnai pasar di China town ini.
Tapi yg menarik, saya menemukan
orang tua yg sedang ngamen. Suami -istri sepertinya. Orang tua dari suku
Chinese ini dengan gitar akustik-nya bukan menyanyikan lagu-lagu mandarin,
tetapi malah lagu2 bahasa Inggris yg populer di era 70-an dan 80-an.
Karena saya dulu pernah jadi pengamen musik, maka tiap kali saya traveling dan bertemu dengan pengamen musik, selalu saya sempatkan untuk mendengarkan para pengamen itu bernyanyi satu dua lagu, memberikan tips lalu berfoto bersama. Sekedar info saja. Saya sudah mengoleksi foto bersama dengan pengamen musik di Singapore, pengamen musik di Kuala Lumpur, pengamen musik di Vietnam dan pengamen musik dan pantomime di Austria. Di Saint-Marie Aux-Mines, Prancis Bagian Selatan, saya lupa untuk foto bersama, tetapi hanya mengambil foto mereka saja, padahal si penyanyi wanitanya cantik banget. Ingat itu rasanya sayang banget!
( Bersambung )